Orang yang idealis cenderung keras kepala
Dalam bahasan tentang pandangan hidup, kerap kali banyak terdengar istilah kata yang tidak asing di telinga seperti idealis dan realistis.
Keduanya, secara garis besar sebenarnya merupakan gambaran pokok dari dua kelompok manusia yang menganut pemahaman berbeda.
Secara singkat, orang idealis akan cenderung mempunyai harapan yang tinggi dan melakukan usaha yang keras untuk mewujudkannya. Sedangkan, orang yang realistis lebih mengarah pada kemampuan melihat suatu hal secara objektif dengan menerima realita yang ada dan tetap menghadapinya dengan rasionalitas dalam berpikir.
Nah, untuk lebih memahami perbedaan dari idealis dan realistis secara detil, langsung simak saja ulasannya dalam artikel berikut ini!
Jadilah seperti catur |pixabay
Perbedaan Penting antara Idealis dan Realistis
Sebenarnya idealis saja tidak cukup, kalian harus menjadi realistis juga. Jika tidak disertai dengan kerja keras, kalian hanya akan menjadi orang idealis yang akan dinilai seperti peribahasa “tong kosong nyaring bunyinya”.
Nah, itulah yang menjadi fakta dari orang idealis yang secara prinsip belum mampu untuk mengendalikan diri antara keinginan dan kewajiban. Sehingga, untuk menjadi idealis yang baik, kalian dituntut untuk harus menggabungkan antara konsep idealisme dengan realisme.
Bagaimana bisa menyatukan dua aliran filosofi yang jelas-jelas berbeda?
Pastinya, pahami perbedaan dari dua orang yang memiliki perbedaan pemahaman ini. Seseorang yang idealis merupakan sosok yang memiliki suatu pengaruh positif. Sementara realistis adalah jenis orang yang mempunyai pemahaman baik tentang realitas situasi sekaligus mampu mengerti hal yang mungkin bisa dilakukan dan yang tidak mungkin bisa dilakukan.
Realistis juga dikenal sebagai pandangan yang mengarah kepada fakta-fakta yang ada di kehidupan nyata.
Idealis ialah orang yang mempunyai sikap teguh terhadap pendirian yang dimiliki. Orang yang bersikap idealis biasanya tidak mudah goyah bahkan menyerah begitu saja. Mereka cenderung sudah memiliki rencana dan akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan secara maksimal. Jadi, jika dirasa tidak memiliki pendirian teguh yang cukup, maka mungkin kalian masuk ke dalam tipe orang yang semi idealis alias “idealis doang tanpa melakukannya”.
Di sisi lain, orang idealis juga bisa melepas sebentar apa yang sedang dikejarnya. Mereka melakukan ini ketika apa yang selama ini telah direncanakan tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Tentu, mereka akan melakukan analisa ulang terlebih dahulu terkait dengan penyebab dari terjadinya suatu hal yang belum bisa dicapai oleh mereka secara sempurna.
Dilanjut dengan mencari alternatif solusi lain yang tetap sesuai dengan keyakinan idealisme yang dianut agar hal yang sebelumnya terhambat menjadi dapat dilakukan kembali serta memperoleh hasil yang pas dengan harapan mereka. Namun, banyak juga orang idealis yang berhenti dengan keyakinan pemahaman yang dimiliki ketika dihadapkan dengan problematika tertentu. Mereka merasa kondisi yang ada di sekitar tidak mendukung alias tidak sesuai dengan hasil ekspektasi yang diharapkan. Tidak sedikit juga dari orang yang awalnya sangat idealis berubah haluan menjadi sosok yang lebih fleksibel dan paham dengan situasi realita yang harus dihadapi. Hal ini dilakukan supaya tetap dapat bertahan hidup pada suatu lingkungan tertentu agar eksistensi mereka tetap dapat diakui. Dalam menghadapi kenyataan, akhirnya mereka menggunakan rasionalitas yang ada untuk dapat melihat dunia dari berbagai sisi atau sudut pandang yang berbeda.
Pentingnya Keseimbangan sebagai Kunci Utama
Dari bahasan di atas, sebenarnya telah didapatkan kesimpulan inti yang mengarah pada prinsip keseimbangan antara peran orang yang dianggap idealis dengan orang yang menganut paham realistis. Sebab, sesungguhnya kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dilakukan secara imbang sebagai kunci utama dalam menjalani kehidupan ini agar tetap mempunyai pandangan hidup yang sehat dan berkelanjutan.
Di satu sisi, idealisme sangat dibutuhkan supaya bisa lebih termotivasi dalam meraih mimpi dan mencapai hal-hal besar lainnya. Sedangkan di sisi lain, tetap diperlukan adanya suatu batasan rasionalitas agar dapat memahami realita kehidupan yang terjadi di lingkungan sekitar. Dengan kata lain, idealis dan realistis harus berjalan berdampingan sebagai landasan prinsip hidup agar seseorang bisa berhasil dan meraih sesuatu yang diimpikannya.